Senin, 08 Desember 2008

BAGAIMANA MENGELOLA SAMPAH?


PENGELOLAAN sampah hanya terdiri atas tiga bagian utama yaitu
1. Pengumpulan, yaitu upaya mengumpulkan sampah dari sumbernya, misal dari rumah, pasar, dengan cara menyediakan tong sampah, Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
2. Pengangkutan, yaitu segala upaya “mengangkut” sampah baik dari sumber nya ke tempat yang dituju, misal dari rumah ke TPS, atau dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jenis Angkutannya bisa bermacam-macam disesuaikan dengan lokasi dan rute, bisa berupa gerobak, atau truk.
3. Pengelolaan Akhir, yaitu tempat dimana sampah akan mengakhiri “petualangannya”.
Jadi, segala upaya dalam penanganan dan pengelolaan sampah hanya meliputi tiga hal diatas. Adapun upaya lainnya seperti 3R, composting, pemilahan, adalah upaya “lain” yang bertujuan mengurangi dan mengendalikan timbulan sampah.
Dengan upaya “mengurangi” tadi secara logika sederhana tentu dapat memperpanjang “umur” tempat pembuangan akhir (TPA).
NGERTI KAN?***

KOMPOSTING, BAGAIMANA TUH?


KOMPOSTING! Sebenarnya apa sih yang diperlukan untuk membuat kompos?
Filosofi kompos adalah “memanfaatkan aktivitas mikroba yang hidup di benda-benda organik (sampah) guna menambah “kekayaan” tanah sebagai sumber nutrisi tumbuh-tumbuhan.
Nah proses pembuatan kompos adalah proses membuat “kebun mikroba”. Bagaimana caranya? Mudah sekali!! Yaitu : beri kesempatan sebesar-besarnya supaya mikroba bisa menetap dan “duduk manis”.
Jangan heran jika nantinya bukan hanya mikroba yang betah tinggal di sana, tapi juga beberapa hewan “raksasa” seperti cacing, ulat, kutu. Itu gak jadi masalah, justru akan jadi ramai dan berguna kok.
Apakah mikroba akan diam dan tinggal di plastik?, kaleng bekas? Botol?, well, kamu harus memisahkan terlebih dahulu sampah yang ingin kamu buat kompos. Kamu tahu kan, mikroba itu benda renik, akan lebih mudah buat mereka untuk “menetap” pada benda yang kecil juga, artinya, kamu perlu membuat sampah kamu menjadi kecil-kecil.
Itulah sebabnya, mengapa dalam membuat kompos kamu harus “merajang” terlebih dahulu sampah-sampah itu.
Seperti halnya rumah sebagai tempat tinggal yang harus terus menerus dijaga kenyamanannya, maka dalam membuat kompos pun kamu harus tetap menjaga agar semua mikroba itu betah, yaitu dengan cara menjaga suhu nya berkisar 25-65 derajad C, kelembabannya harus berkisar 50%, derajat keasaman pH nya yang normal.
Setelah itu? Ya seperti halnya pengelolaan air buangan, biarkan saja, nanti mikroba akan berdatangan dengan sendirinya.
Atau kamu bisa mempercepat proses tersebut dengan bantuan cairan mikroba yang sengaja telah di pisahkan dan di jual. Disebut juga media aktivator, yang dapat kamu dapati di toko bahan pertanian/perkebunan.
Oh ya seperti juga halnya dengan pengolahan air buangan, proses yang terjadi pada pembuatan kompos juga ada yang aerobik dan anaerobik. Namun untuk sekala rumah tangga yang biasa dilakukan adalah denga nproses aerobic, karena lebih mudah dan murah.
MASIH ADA YANG MENGANGGAP BIKIN KOMPOS ITU RUMIT?***

AEROB DAN ANAEROB


ADA lagi istilah yang “wajib” kamu ketahui untuk bisa memahami pengolahan air buangan secara biologis, yaitu AEROB dan ANAEROB.
Dilihat dari kata pembentuknya aer- aero- yang berarti “air” atau udara, maka seharusnya aerob berarti berhubungan dengan udara dan anaerob berarti TIDAK berhubungan dengan udara.
Aerobik dan Anaerobik dalam pengolahan air buangan erat kaitannya dengan “agen ” yang aktif bekerja yaitu mikroorganisme.
Nah, pengolah air buangan secara aerob, aerobic, atau aerobik, artinya adalah pengolahan limbah yang memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja secara aerobik, yaitu mikroorganisme yang “hidup” nya memerlukan “udara” dalam hal ini oksigen.
Pengolah air buangan secara anaerob, atau anaerobik, artinya adalah pengolahan limbah yang “menggunakan” mikroorganisme anaerob, yaitu mikroorganisme yang “hidup” nya memerlukan sedikit “udara” atau bahkan tidak memerlukan oksigen sama sekali.
PEMAHAMAN YANG MUDAH KAN ? ***

BAGAIMANA MIKROBA BEKERJA ?


PENGOLAHAN secara biologis artinya ya.. sistem “pembersihan” air buangannya dilakukan atas “kerja” mikroorganisme. Mikroorganisme seperti bakteri akan “hidup”, makan dan juga beranak-pinak di air limbah sembari “membersihkan kotoran”. Begitulah kira-kira.
Dalam “pakem” per-airlimbah-an, mikroba (singkatan keren buat si mikroorganisme) itu perlu tempat untuk “hidup” dong. Nah terdapat dua tempat yang bisa kita persiapkan yaitu :
1. Sistem Melayang (suspended biomassa), dimana sang mikroba dibiarkan melayang-layang sembari melangsungkan kehidupannya. Contoh mudahnya adalah Septic tank.
2. Sistem Melekat (attach biomass), dalam sistem ini sang mikroba dipersilakan duduk manis pada tempat yang cozy sembari berkembang biak. Contohnya adalah beberapa jenis sitem pengolahan yang menggunakan media Filter.
Peluang perkembangan dunia pengolahan air buangan ada pada bagian ini, artinya hingga kini orang berlomba-lomba membuat “rumah” bagi mikroba ini agar dapat “bekerja” se-efektif dan se-efisien mungkin
SAMPAI DISINI ADA PERTANYAAN ?***

BENARKAH JANGAN MEMBUANG AIR SABUN KE DALAM LUBANG TOILET ?


“BENAR !, jangan sesekali membuang air sabun ke dalam lubang toilet, nanti air sabun itu akan “membunuh” mikroba pengurai di septictank…”
Demikianlah salah satu uraian yang kerap disampaikan pada penyuluhan tentang bagaimana memelihara dan mengoperasikan jamban. Tapi benarkah jangan memasukkan air sabun ke dalam sana?, mari kita cermati..
Sistem pengelolaan air buangan, terutama yang “komunal” kadang menyatukan semua air buangan, baik yang dari air mandi (grey water), dan air kotoran manusia (black water). Nah jika situasi ini terjadi, lantas bagaimana cara “memisahkan” air sabun bekas mandi? toh semua “limbah” nya akan menuju tempat yang sama.
Atau bagi kamu yang biasa menggunakan toilet jongkok, tentu sangat merepotkan untuk “pindah tempat” saat membersihkan diri agar air sabunnya tidak masuk ke lubang toilet, atau bahkan ke lubang drain.
Belum lagi bagi mereka yang membersihkan keramik kamar mandi dengan cairan pembersih, itu juga bisa jadi mengandung detergen yang nota bene lebih EDAN daya rusaknya daripada SABUN.
LALU GIMANA DONK????
Sebaiknya kita harus yakin, bahwa sekali lagi mikroba itu ada di mana-mana, dan selama “sistem pengelolaan” air limbah kita berjalan normal, dalam arti normal digunakan, normal keberadaan airnya, maka keberadaan sabun bahkan detergen pun akan membuat sistem tetap SETIMBANG. Yakinlah bahwa jika semua berjalan normal, maka mikroba yang ada di tangki septik akan mati sebagian atau bahkan “pingsan” untuk kemudian digantikan oleh mikroba lain yang berlimpah.
Tentu saja mudah dipahami jika kamu secara demonstratif memasukkan berbotol-botol cairan pembersih, lalu air sabun, ditambah dengan kamu jarang menggunakan tiolet kamu secara normal, belum lagi kebutuhan air untuk membilasnya kurang, hal iniakan membuat “perkumpulan mikroba” akan berantakan, alias mati total.
Yang lebih baik disarankan sebenarnya adalah : jangan membuang benda-benda padat, atau bahkan sampah ke dalam lubang WC atau saluran air sekalipuna, karena itu bukan tempat sampah, dan kalau menyumbat, lebih membikin repot daripada memirkan “kematian” mikroba karena air sabun.
Kata kuncinya adalah : JANGAN BERLEBIHAN, gunakan sabun seperlunya, bersihkan kamar mandi dengan menggunakan cairan pembersih secukupnya, dan gunakan tiolet secara normal.
GAMPANG BANGET KAN??***

SISTEM KOMUNAL


YANG dimaksud dengan sistem komunal adalah penggabungan sistem-sistem pribadi menjadi satu dan terpusat.
Contoh dalam pengelolaan air buangan (domestik/rumah tangga) adalah menyatukan semua sistem air buangan dari setiap rumah, yang biasanya individu, menjadi dikelola bersama, dalam satu tempat yang terpusat, dengan harapan menjadi lebih “mudah” mengontrol “operasional” nya, dan well.. tentu lebih BERSIH.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kamu menerapkan sistem “komunal” ini, diantaranya yaitu :
1. Secara teknis, pastikan sistem ini bisa berfungsi secara gravitasi, tidak diharapkan menggunakan tenaga bantu dari pompa misalnya, semuanya harus GRAVITASI. Maka sistem komunal harus benar-benar dipertimbangkan jika akan diterapkan di daerah yang datar/flat.
2. Investasi terbesar dari sistem komunal ini adalah pada biaya perpipaan “distribusi” nya. Dari tiap-tiap rumah harus ada “saluran” menuju tempat pengolahan terpusat. Biaya semakin mahal jika sistem ini mau dilaksanakan pada daerah yang sudah terbangun.
3. Pastikan ada yang mengelola sistem ini saat sudah terbangun, pengelolaan meliputi operasional dan pemeliharaannya. Pengelolaan bisa dilakukan oleh instansi pemerintah terkait, swasta, atau partisipasi masyarkat. Penetapan siapa yang akan mengelola ini harus menjadi komitmen, kesepakatan yang sejak awal harus sudah dipastikan.
BEGITULAH..***

AIR ITU MILIK TUHAN, MANUSIA BEBAS MENGGUNAKANNYA


MEMANG benar, air itu berlimpah di bumi ini, dan semua mahluk hidup dapat menggunakannya. Tapi mari kita cermati lagi, keberadaan air di bumi kita ini mendominasi, hampir 2/3 bagian dari bumi kita ini (kamu tau kan bahwa permukaan bumi kita terdiri dari daratan dan lautan). Nah tapi walaupun air itu “berlimpah”, kenyataannya hanya sebagian kecil yang dapat “digunakan” oleh mahluk hidup.
Seperti kamu lihat di diagram tersebut, bagaimana air yang bisa dikonsumsi sangatlah terbatas, dan itu semua di “perebutkan” oleh seluruh mahluk hidup di bumi.
Air gratis? Betul, dan itu pasti. Kamu bisa mengambil air langsung dari sungai, pancuran, mata air, dengan Cuma-Cuma. Namun, adakalanya air itu “kotor” dah harus di bersihkan dulu. Juga lokasi air itu jauh dari rumah kamu, sehingga diperlukan “bantuan” tenaga untuk “membawa” air itu hingga tiba di rumah kamu.
Nah apakah “usaha” itu juga gratis? TENTU TIDAK. Ada biaya yang dikeluarkan untuk membangun jaringan perpipaan, membangun instalasi pengolahan air, dan juga tenaga listrik untuk menjalankan itu semua.
Jadi jika kamu beranggapan bahwa air itu milik TUHAN, dan Cuma-Cuma, itu betul sekali, setidaknya jika kamu mengambil air sendiri dari sumbernya, dengan tenaga kamu, dengan upaya kamu sepsnuhnya. Diluar itu….well tidak ada makan siang yang GRATIS.***

AIR LIMBAH (SEHARUSNYA) DIKELOLA OLEH PDAM


PDAM adalah institusi “resmi” di Indonesia yang berwenang menyediakan air bersih bagi warganya. Namun kita ketahui bersama bahwa persoalan PDAM adalah kecilnya pendapatan yang diperoleh dari masyarakat (karena kebijakan penentuan tarif masih harus melalui persetujuan pemerintah dan anggota dewan),ditambah juga besarnya angka kebocoran.
Jika kita bicara tentang sanitasi, tentang air limbah cair, tentunya kita tahu dong, darimana sumber nya itu semua. Betul! dari air kan? Nah airnya dari mana? dari PDAM salah satunya kan?
Artinya…. penanganan sanitasi tentunya tidak lepas juga dari persoalan penyediaan air bersihnya. Sanitasi yang baik HANYA bisa terjadi jika tersedianya air bersih yang memadai.
Kondisi ini sebenarnya merupakan “peluang bisnis” bagi PDAM untuk ikut terlibat dalam pengelolaan air limbah. Bagaimana tidak, pengelolaan air limbah banyak sekali “menyerap” peluang seperti mulai dari penyediaan jasa pemeliharaan sarana sanitasi, misal jasa pembuatan WC, toilet, tangki septik, hingga mungkin penyediaan sarana sanitasi communal. Dan banyak lainnya lagi. Itu semua berarti UANG kan ??
Hal sejenis mungkin sudah dilakukan oleh PDAM di Kota Bandung dan Medan.
BAGAIMANA DENGAN PDAM LAINNYA?***

You Tube....