Jumat, 10 Juli 2009

Masalah Lingkungan dalam Kajian Etika dan Moral

 A. Pengantar
Pertanyaan “Pedulikah saya pada lingkungan hidup kita?” adalah sebuah pertanyaan reflektif yang mengajak kita untuk sejenak merenungkan kehidupan di sekitar kita. Lingkungan hidup adalah “konteks” di mana kita hidup dan bertempat tinggal. Apabila lingkungan hidup tersebut terganggu dan mengalami kerusakan, maka kehidupan dan tempat tinggal kita pun akan terusik.
Tulisan di bawah ini disajikan untuk mengajak kita semua merenung dan merefleksikan sejenak keadaan serta status lingkungan hidup kita. Semoga tulisan ini dapat menjadi  “cambuk” yang semakin menyadarkan kita atas kerusakan lingkungan hidup yang sudah, sedang dan akan terjadi. Pertama-tama kita akan mencoba menjawab pertanyaan paling dasar yaitu mengapa kita perlu peduli terhadap lingkungan hidup? Apakah ada alasan-alasan tertentu yang mengharuskan kita melakukan hal tersebut? Kita juga akan melihat sejauh mana cakupan masalah lingkungan hidup dalam konteks kehidupan manusia dan interaksinya dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Bagaimana hal tersebut terkait dengan masalah etika dan moral. Apakah ada kaitan antara sikap etis dan tindakan moral manusia dengan masalah-masalah yang dialami oleh lingkungan hidup? Pada bagian akhir kita akan melihat gumpalan refleski yang juga merupakan catatan akhir dan konfirmasi bahwa kita semua memiliki tanggungjawab dan kewajiban untuk memelihara dan merawat lingkungan hidup.
 
B. Mengapa kita harus peduli terhadap lingkungan hidup?
Masalah kerusakan lingkungan hidup dan akibat-akibat yang ditimbulkan bukanlah suatu hal yang asing lagi di telinga kita. Dengan mudah dan sistematis kita dapat menunjuk dan mengetahui apa saja jenis kerusakan lingkungan hidup itu dan apa saja akibat yang ditimbulkanya. Misalnya; dengan cepat dan sistematis kita dapat mengerti bahwa eksploitasi alam dan penebangan hutan yang terlalu berlebihan  dapat menyebabkan bencana banjir, tanah longsor dan kelangkaan air bersih; membuang limbah industri ke sungai dapat menyebabkan kematian ikan dan merusak habitatnya; penggunaan dinamit untuk menangkap ikan dapat merusak terumbu karang dan biota laut dan masih banyak lagi daftar sebab akibat yang biasa terjadi dalam lingkungan hidup kita. Yang menjadi masalah adalah, bahwa pengetahuan yang sama atas pengenalan kerusakan lingkungan hidup dan akibat yang ditimbulkan tersebut tidak terjadi dalam pemeliharaan dan perawatan lingkungan hidup. Pertanyaanya sekarang adalah benarkah kita sudah tidak dapat berpikir secara logis dan sistematis lagi sehingga tindakan kita untuk mengeksploitasi lingkungan hidup hanya berhenti pada tahap pengeksploitasian semata tanpa diikuti proses selanjutnya yaitu tanggungjawab  untuk merawat dan memilihara?
Lemahnya kesadaran kita terhadap lingkungan hidup juga terjadi karena  adanya anggapan yang memandang bahwa pemanfaat alam bagi manusia itu adalah hal yang “wajar”. Menebang pohon guna kebutuhan manusia adalah hal yang sangat lumrah, misalnya. Membuang sampah sembarangan di mana pun sepertinya adalah suatu hal yang juga wajar, belum ada aturan yang ketat untuk itu. Dengan kata lain, proses kerusakan lingkungan hidup dapat digambarkan seperti seorang pecandu rokok atau minuman keras. In common sense,  seorang pecandu pastilah tahu bahwa rokok atau minuman keras dapat merusak tubuh  dan kesehatan mereka. Namun, mereka toh tetap menikmatinya. Mungkin, mereka baru benar-benar akan sadar terhadap dampak negatif rokok atau minuman keras ketika telah mengalami sakit keras. Proses yang sama kiranya juga terjadi atas sikap kita terhadap alam dan lingkungan hidup. Kita tahu bahwa menebang pohon seenaknya  atau membuang sampah sembarangan adalah suatu hal yang jelas-jelas salah, tapi kita tokh tetap melakukannya berulang-ulang, sebab kita diuntungkan, tidak menjadi repot dan itu adalah hal yang sudah biasa dan mungkin kita menikmatinya. Barangkali kita baru akan benar-benar tersadar ketika terjadi bencana besar menimpa hidup kita atau sesama kita. Pertanyaannya adalah bukankah hal tersebut sama dengan para pecandu yang tidak segera berhenti merokok atau peminum yang tidak berhenti mabuk jika belum menghadapi sakit keras?.
Jika saja memang terjadi bahwa  ada banyak orang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang begitu rendah dan lamban seperti yang telah kita gambarkan di atas, betapa akan lebih cepat kerusakan lingkungan hidup kita. Hal tersebut tentunya tidak boleh terjadi, sebab kita semua tidak dapat hidup jika tidak ada lingkungan hidup yang menopang dan menjamin kehidupan kita. Dalam kerangka yang lebih luas,  kita tentunya tahu bahwa hanya ada satu bumi—tempat dimana kita hidup dan tinggal. Jika kerusakan lingkungan hidup berarti sama dengan kerusakan bumi, maka sama artinya dengan ancaman terhadap hidup dan tempat tinggal kita. Dengan kata lain, tugas untuk merawat dan memelihara lingkungan hidup, bumi serta segala isinya adalah tanggung jawab kita semua. Lingkungan hidup bumi serta segala isinya adalah “milik” kita.
 


C. Masalah Etika dan Moral
Masalah kerusakan lingkungan hidup mempunyai cakupan yang cukup luas. Ia tidak hanya dibatasi di dalam bentuk kerusakan pada dirinya sendiri. Namun, ia juga terkait dengan masalah lain. Masalah yang dimaksud adalah masalah etika dan moral.
Sebelum kita masuk pada uraian lebih lanjut, kiranya kita perlu memperjelas lebih dahulu apa itu arti etika dan moral. Etika dapat dipahami sebagai filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika memberikan orientasi pada manusia agar manusia tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap pelbagai fihak yang mau menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Etika mau membantu, agar kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Sedangkan moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, kotbah-kotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan entah lisan atau tertulis tentang bagaimana  manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia.
1. Masalah Etika
Masalah lingkungan hidup menjadi masalah etika karena manusia seringkali “lupa” dan kehilangan orientasi dalam memperlakukan alam. Karena “lupa” dan kehilangan orientasi itulah, manusia lantas memperlakukan alam secara tidak bertanggungjawab. Dalam keadaan seperti itu, mereka juga tidak lagi menjadi kritis. Oleh karena itulah pendekatan etis dalam menyikapi masalah lingkungan hidup sungguh sangat diperlukan. Pendekatan tersebut pertama-tama dimaksudkan untuk menentukan sikap, tindakan dan perspektif etis  serta manejemen perawatan lingkungan hidup dan seluruh anggota ekosistem di dalamnya dengan tepat. Maka, sudah sewajarnyalah jika saat ini dikembangkan etika lingkungan hidup dengan opsi “ramah”  terhadap lingkungan hidup.
  Teori etika lingkungan hidup sendiri secara singkat dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk membangun dasar-dasar rasional bagi sebuah sistem prinsip-prinsip moral  yang dapat dipakai sebagai panduan bagi upaya manusia untuk memperlakukan ekosistem alam dan lingkungan sekitarnya. Paling tidak pendekatan etika lingkungan hidup dapat dikategorikan dalam dua tipe yaitu tipe pendekatan human-centered (berpusat pada manusia atau antroposentris) dan tipe pendekatan life-centered (berpusat pada kehidupan atau biosentris). Teori etika human-centered mendukung kewajiban moral manusia untuk menghargai alam karena didasarkan atas kewajiban untuk menghargai sesama sebagai manusia. Sedangkan teori etika life-centered adalah teori etika yang berpendapat bahwa kewajiban manusia terhadap alam tidak berasal dari kewajiban yang dimiliki terhadap manusia. Dengan kata lain, etika lingkungan hidup bukanlah subdivisi dari etika  human-centered.
            Pada umumnya, paling tidak semenjak jaman modern, orang lebih suka menggunakan pendekatan etika human-centered dalam memperlakukan lingkungan hidup. Melalui pendekatan etika ini, terjadilah ketidakseimbangan relasi antara manusia dan lingkungan hidup. Dalam kegiatan praktis, alam kemudian dijadikan “obyek” yang dapat dieksploitasi sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan kebutuhan manusia. Sangat disayangkan bahwa pendekatan etika tersebut tidak diimbangi dengan usaha-usaha yang memadai untuk mengembalikan fungsi lingkungan hidup dan makhluk-makhluk lain yang ada di dalamnya. Dengan latar belakang seperti itulah kerusakan lingkungan hidup terus-menerus terjadi hingga saat ini. Pertanyaanya sekarang adalah apakah pendekatan etika human-centered tersebut tetap masih relevan diterapkan untuk jaman ini?
            Menghadapi realitas kerusakan lingkungan hidup yang terus terjadi, rasanya pendekatan etika human-centered tidak lagi memadai untuk terus dipraktekkan. Artinya, kita perlu menentukan pendekatan etis lain yang lebih sesuai dan lebih “ramah” terhadap lingkungan hidup. Jenis pendekatan etika yang kiranya memungkinkan adalah pendekatan etika life-centered yang tadi sudah kita sebutkan. Pendekatan etika ini dianggap lebih memadai sebab dalam praksisnya tidak menjadikan lingkungan hidup dan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya sebagai  obyek yang begitu saja dapat dieksploitasi. Sebaliknya, pendekatan etika ini justru sungguh menghargai mereka sebagai “subyek” yang memiliki nilai pada dirinya. Mereka memiliki nilai tersendiri sebagai anggota komunitas kehidupan di bumi. Nilai mereka tidak ditentukan dari sejauh mana mereka memiliki kegunaan bagi manusia. Mereka memiliki nilai kebaikan tersendiri seperti manusia juga memilikinya, oleh karena itu mereka juga layak diperlakukan dengan respect seperti kita melakukanya terhadap manusia.
2. Masalah Moral
 Dalam kehidupan sehari-hari tindakan moral adalah tindakan yang paling menentukan kualitas baik buruknya hidup seseorang. Agar tindakan moral seseorang memenuhi kriteria moral yang baik, ia perlu mendasarkan tindakanya pada prinsip-prinsip moral secara tepat. Prinsip-prinsip moral yang dimaksud di sini adalah prinsip sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri. Prinsip-prinsip moral tersebut disebutkan rasanya juga perlu untuk dikembangkan lebih jauh. Artinya, prinsip moral semcam itu diandaikan hanyalah berlaku bagi sesama manusia. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak hanya berjumpa dan berinteraksi dengan sesamanya. Bisa saja terjadi bahwa seseorang lebih sering berinteraksi dan berhubungan dengan makhluk non-human atau lingkungan hidup di mana ia tinggal, bekerja dan hidup. Maka rasanya kurang memadai jika dalam konteks tersebut tidak terdapat prinsip-prinsip moral yang jelas seperti ketika seseorang menghadapi sesamanya. Dengan kata lain, rasanya akan lebih baik jika terdapat prinsip-prinsip moral yang menjadi penentu baik buruknya tindakan seseorang dengan lingkungan hidup dan unsur-unsur kehidupan lain di dalamnya.  
            Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya jika kita kembali pada pemahaman tentang teori etika life-centered. Kita kembali pada konsep etika tersebut karena melalui pendekatan etika tersebut,  kita dapat menemukan konsep moral yang lebih memadai bagi manusia dalam menentukan sikap, tindakan dan perspektifnya terhadap lingkungan hidup dan makhluk non-human. Life-centered atau biosentris posisi mungkin kelihatan sebagai sebuah pendirian yang aneh. Bagi beberapa orang, hal itu mungkin dianggap keliru, khususnya ketika semua bintang dan tumbuhan dimasukkan sebagai golongan subyek moral. Bagaimana mungkin kita sebagai manusia punya kewajiban dan tanggung jawab terhadap nyamuk, cacing, semut dan lebah? Alasan apa yang dapat membenarkan pandangan semacam itu? Apakah ada artinya membicarakan tentang bagaimana memperlakukan tanaman atau jamur dengan benar atau salah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut rasanya perlu lebih dahulu dijawab untuk menentukan apakah mereka yang kita bicarakan layak disebut sebagai agen moral.
Sebelum kita menjawab beberapa pertanyaan di atas, rasanya terlebih dahulu perlu kita ketahui  apa saja yang menjadi kriteria “sesuatu” dapat disebut sebagai agen moral. Yang dapat disebut sebagai agen moral adalah sebenarnya apa saja yang hidup, yang memiliki kapasitas kebaikan atau kebajikan sehingga dapat bertindak secara moral, memiliki kewajiban dan tanggungjawab, dan dapat dituntut untuk mempertanggungjawabkan tindakanya. Yang lebih penting lagi adalah;  agen moral dapat memberikan penilaian yang benar dan salah; dapat diajak dalam proses delibrasi moral;  dan dapat menentukan keputusan berdasarkan semua alasan yang telah disebutkan. Dengan melihat definisi tersebut, mingkin kita akan berpendapat bahwa semua itu adalah kapasitas yang hanya dimiliki oleh manusia. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah pendapat semacam itu benar seluruhnya?
Dugaan bahwa seluruh kapasitas sebagai agen moral di atas hanya dimiliki oleh manusia tidaklah seluruhnya benar. Dalam kenyataan ada juga pengecualian-pengecualian yang dapat menjadi halangan bagi manusia untuk menjadi agen-agen moral, contohnya adalah anak-anak yang masih berada di bawah umur dan mereka yang mengalami cacat mental. Anak-anak dan mereka yang mengalami cacat mental jelas-jelas adalah manusia. Akan tetapi, mereka tidak dapat disebut sebagai agen moral sebab mereka memiliki keterbatasan baik yang tidak permanen maupun yang permanen. Oleh karena itu, apabila mereka melakukan tindakan yang melanggar nilai-nilai moral tidak dapat dikenakan sanksi.
Apabila kita kembali melihat kriteria  agen moral, dapat disimpulkan bahwa ada makhluk hidup lain  bukan manusia yang memiliki kapasitas sebagai agen moral. Bukan tidak mungkin bahwa makhluk non-human memiliki kapasitas-kapasitas yang telah disebutkan di atas sebagai kriteria untuk menjadi agen moral. Semut dan lebah pekerja yang bekerja dengan giat dengan penuh rasa tanggungjawab untuk mengumpulkan makanan dan madu demi kebaikan bersama komunitas mereka tidak dapat diabaikan sebagai agen moral jika kita diukur dengan menggunakan kepemilikan kapasitas dapat bertbuat baik dan bertanggungjawab. Begitu juga halnya dengan tanaman; pohon pisang yang rela menghasilkan buah bukan demi untuk dirinya sendiri tetapi demi kebaikan entah bagi manusia atau makhluk yang lain pun juga tidak dapat diingkari keberadaanya sebagai agen moral. Dengan kata lain, pohon pisang juga memiliki kapasitas kebaikan yang layak menjadikan dirinya sebagai agen moral.
 
2.1.Ekspresi moral
 Dalam bidang kehidupan manusia, altruisme dan self-sucrifice  secara umum diartikan sebagai ekspresi tertinggi dari moralitas. Altruisme dan self-sucrifice adalah tindakan yang jelas mencerminkan bagaimana suatu aksi tidak hanya dimaksudkan demi kebaikan pribadi. Hal tersebut jelas menjadi representasi dari kriteria diri sebagai agen moral. Jika kita menggunakan kacamata yang lebih luas, ekspresi tertinggi moralitas bisa jadi bukan hanya sekedar monopoli bidang kehidupan manusia. Artinya, dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu altruisme dan self-sucrifice sebagai ekspresi tertinggi dari moralitas, makhluk non-human pun sebenarnya juga dapat melakukanya. Di atas telah disebutkan bahwa semut, lebah, serta tumbuhan dapat merepresentasikan tindakan altruis dan self-sucrifice. Oleh karena itu, rasanya tidaklah terlalu berlebihan jika kita menyebut mereka sebagai makhluk yang juga memiliki ekspresi moral.
Sampai sejauh ini, rasanya tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mengecualikan makhluk non-human sebagai makhluk yang tidak pantas disebut sebagi agen moral. Jika memang benar demikian sebenarnya tidak juga ada alasan yang berarti untuk melakukan eksploitasi terhadap mereka. Hanya saja, perlu di sadari bahwa seringkali yang menjadi masalah bukan karena manusia tidak tahu bagimana cara menghargai makhluk non-human dan memandangnya sebagai makhluk yang tidak memiliki nilai intrinsik pada dirinya, tetapi karena sebagain manusia terlalu sering menggunakan ukuran kemanusiaannya untuk dikenakan terhadap makhluk hidup di luar dirinya. Standar yang mereka berlakukan kadangkala tidak tepat sehingga merugikan peran dan keberadaan makhluk non-human.  Jika kita ingin mencari pendekatan yang lebih baik, standarisasi tersebut tentunya perlu juga berorientasi terhadap kelebihan dan kekurangan makhluk non-human itu sendiri. Dengan demikian, tidak perlulah terjadi pembedaan yang berat sebelah antara manusia dan makhluk non-human dalam penentuannya sebagai agen moral dalam komunitas kehidupan di bumi.
2.2 Pengembangan Prinsip Moral
Pendekatan etika life-centered sepertinya adalah salah satu pendekatan etika yang paling cocok untuk lingkungan hidup jaman ini. Pendekatan tersebut kiranya juga memberikan kondisi yang sangat mendukung untuk makhluk non-human yang kerapkali diabaikan oleh manusia. Dengan pendekatan yang sama terbuka juga kemungkinan untuk membangun prinsip-prinsip dasar moral lingkungan hidup.
            Dalam pembicaraan kita sebelumnya disebutkan bahwa prinsip-prinsip moral berupa sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri adalah prinsip-prinsip yang rasanya kurang memadai untuk mengatur hubungan manusia dengan makhluk non-human. Oleh karena itu, mungkin ada baiknya jika prinsip-prinsip dasar tersebut dikembangkan lebih luas. Artinya, prinsip sikap baik dan rasa tanggungjawab tidak hanya dibatasi dan diberlakukan antar sesama manusia tetapi diperluas hingga mencakup makluk non-human dan seluruh unsur yang terdapat di alam semesta. Begitu juga dengan prinsip hormat terhadap diri sendiri. Kiranya prinsip tersebut dapat diperluas jangkauanya menjadi prinsip yang bukan hanya dimaksudkan untuk menghormati diri sendiri semata tetapi juga  untuk sesama, makhluk hidup non-human dan seluruh ansur yang terdapat di dalam alam semesta seperti yang semestinya terjadi untuk prinsip sikap baik dan tanggungjawab.
Pilihan untuk memperluas cakupan prinsip-prinsip moral tidak dimaksudkan untuk  menambah kerepotan manusia dalam bersikap baik, bertanggug jawab dan berlaku hormat. Dalam penjelasan sebelumnya telah dikatan bahwa  makhluk selain manusia pun dalam arti terterntu memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai anggota komunitas kehidupan di bumi. Kalau pun terjadi bahwa makhluk selain manusia terbukti tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab, adalah kewajiban kita sebagai manusia untuk paling tidak memberikan hak semestinya bagi mereka.
Perluasan prinsip moral yang sudah kita sebutkan di atas pada akhirnya dapat disebut sebagai kajian bidang moral tersendiri. Bidang yang dimaksud di sini adalah bidang moral lingkungan hidup. Moral lingkungan hidup seringkali dilukiskan sebagai ‘evolusi alamiah dunia moral’. Maksudnya, dunia moral lambat laun semakin memperhatikan jagat rasa dan masalah-masalah ekologis. Sebelumnya dunia moral hanya memperhatikan hubungan sosial antarpribadi dan kemudian hubungan atara perseorangan dengan seluruh masyarakat. Namun ternyata dalam perjalanan waktu pendekatan moral semacam itu tidak memadai dan perlu diperluas.
 
D. Penutup
Lingkungan hidup dan segala unsur yang terdapat di dalamnya memiliki daya pikat yang luar biasa. Ia menyajikan berbagai macam bentuk sumber kehidupan entah itu berupa udara, makanan, kekayaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Maka, tidak mengherankan jika manusia memiliki kehendak yang bagitu kuat untuk menguasai dan memiliki sember-sumber kehidupan tersebut. Tidak jarang terjadi bahwa sumber-sumber kehidupan yang terbatas itu diperebutkan dan kemudian diabaikan sebagai entitas yang seharusnya dipelihara dan dirawat. Yang terjadi kemudian adalah kegiatan eksploitasi dan pengrusakan lingkungan hidup untuk berbagai macam tujuan, entah dengan alasan bagi penghidupan manusia itu sendiri atau hanya sekedar untuk menumpuk kekayaan. Dalam keadaan seperti itu, lingkungan hidup dan segala isinya semakin “dilupakan”. Manusia tidak lagi peduli bahwa lingkungan hidup yang memiliki keterbatasan telah menderita, mengalami kerusakan dan merana ditinggalkan.
Kerusakan lingkungan hidup sebenarnya tidak akan terjadi jika saja setiap dari kita  memiliki rasa tanggungjawab dan sense of belonging yang tinggi. Lingkungan hidup dan segala isinya adalah“ milik kita” yang harus dijaga dan dipelihara. Untuk itu, kita hasus selalu dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang kita lakukan terhadap lingkungan hidup dan unsur-unsur lain yang ada di dalamnya.  Selain dapat diartikan sebagai “milik kita” lingkungan hidup adalah sesuatu yang terbatas, ia membutuhkan perawatan dan pembaruan. Itulah sebabnya kita sebagai manusia yang tidak dapat hidup tanpa adanya lingkungan hidup memiliki kewajiban untuk melakukan perawatan dan pembaharuan tersebut.
Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk merawat dan memperbarui lingkungan hidup di sekitar kita. Salah satu caranya adalah melalui tindakan  etis dan sikap moral yang tepat. Kita perlu sungguh menyadari bahwa ada bentuk kehidupan lain di luar kehidupan yang dimiliki oleh manusia. Hal itu berarti bahwa manusia memiliki tanggung jawab yang lebih luas. Ia tidak hanya dituntut untuk menghargai diri dan sesamanya, tetapi juga menghargai makluk hidup lain yang juga menjadi bagian dalam komunitas kehidupan di bumi dengan tindakan etis dan sikap moral yang sesuai. Jika hal itu sungguh-sungguh dilakukan maka akan terwujudlah suatu keharmonisan. Keharmonisan itu sendiri merupakan sebuah cita-cita yang ingin selalu di capai oleh cara hidup organik. Cara hidup organik adalah sebuah cara hidup yang memandang bahwa antara manusia dengan lingkungan hidup, segala makhluk dan benda yang ada di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat dalam dan dapat hidup dalam keselarasan. Cara hidup organik adalah sebuah cara hidup yang mengundang kita untuk merasa kerasan dengan kehidupan di bumi ini.
Akhirnya,  semua bentuk kesadaran, pengetahuan, tidakan dan sikap terhadap lingkungan hidup dan segala makhluk di dalamnya dikembalikan pada kita. Kita sebenarnya juga diajak untuk memulai suatu cara hidup baru yaitu dengan memberikan respect yang tinggi terhadap lingkungan hidup dan makluk hidup lain yang ada di dalamnya sebagai sesama anggota komunitas kehidupan di bumi yang kita tinggali selama kita hidup di atasnya bersama-sama makhluk hidup yang lain.
 
Daftar Pustaka
Chang, William. 2001. Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Haught, John F. 2006. Is Nature Enough?: Meaning and Truth in the Age of  Science. New York: Combridge.
Magnis-Suseno, Franz.1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius: Yogyakarta.
McFague, Sallie. 1993.The Body of God: An Ecological Theology,  Britain: SCM Press.
Taylor. Paul W. 1986. Respect for Nature: A Theory of Environmental Ethics. New Jersey: Princenton University







Etika Lingkungan Hidup

Sedih kita melihat alam Indonesia yang begitu luas dan kaya, makin habis dan rusak. Bencana alam terjadi dimana-mana, meninggalkan sejuta tangis, derita, dan kenangan pahit bagi anak cucu kita. Lingkungan menjadi tidak bersahabat lagi. Orang begitu cemas dengan bencana alam, apalagi melihat dan mengingat bencana Tsunami di Aceh yang meninggalkan berjuta tangis dan derita berkepanjangan hingga kini. Krisis lahan di Kalimantan Selatan, akibat tambang yang membuat kota tersebut bagai kota mati. Kebakaran hutan di Kalimantan Timur, yang mempengaruhi status hutan Kaltim sebagai salah satu paru-paru dunia.
Krisis banjir dimana-mana yang menyisakan derita dan tangis bagi banyak orang. Krisis lingkungan hidup yang kita hadapi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan pemahaman manusia, yang berbasis pada cara pandang antroposentris. Pandangan ini menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta, sementara alam seisinya hanyalah alat bagi pemuasan kepentingan mereka. Kesalahan cara pandang tersebut telah menyebabkan kekeliruan manusia dalam menempatkan diri ketika berperilaku di dalam ekosistemnya. Akibat dari kekeliruan tersebut telah menimbulkan berbagai bencana lingkungan hidup yang akan mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Keraf (2002), kesalahan fundamental filosofis yang terjadi pada manusia adalah bahwa mereka menempatkan posisi dirinya sebagai pusat dari alam semesta, sehingga mereka dapat melakukan apa saja terhadap alam demi pemenuhan segala kebutuhannya. Dengan kata lain, sumberdaya yang lain diposisikan sebagai sub-ordinatnya. Kesalahan cara pandang yang demikian ternyata telah menyebabkan krisis lingkungan yang berkepanjangan, dan kita sadari sumbernya terletak pada masalah moral manusia untuk mematuhi etika lingkungan.
Masalah lingkungan hidup adalah masalah moral, dan itu berkaitan dengan perilaku manusia (Keraf, 2002). Dengan demikian krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Oleh karena itu perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya. Penanaman nilai moral tidak dapat dilakukan secara mendadak, tetapi harus mengikuti perjalanan hidup manusia, mulai dari anak-dewasa hingga tua. Sutaryono (1999) mengistilahkannya sebagai pendidikan sepanjang usia (life long education).



Krisis vs Etika Lingkungan

Etika diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik sebagai manusia. Etika merupakan ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia. Kaidah, norma dan aturan tersebut sesungguhnya ingin mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku. Secara luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, dan arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Mengacu pada pemahaman tersebut maka etika lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut. Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan makhluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.

Pendidikan Lingkungan

Penyelesaian terhadap krisis-krisis lingkungan tidak sekedar melalui pendekatan teknis saja, tetapi juga melalui pendekatan moral. Dengan membangun moral yang baik, akan menjadi modal utama bagi manusia untuk berperilaku etis dalam mengatur hubungan antara dirinya dengan alam semesta. Penyelesaian masalah lingkungan tidak dapat dilakukan secara sepihak. Hal ini disebabkan karena sifat interdependency yang melekat pada lingkungan hidup menuntut kerjasama multipihak secara serentak dan menyangkut seluruh lapisan masyarakat. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang, secara eksplisit menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk menyelamatkan lingkungan hidup harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antargenerasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penanaman pondasi pendidikan lingkungan sejak dini menjadi solusi utama yang harus dilakukan, agar generasi muda memiliki bekal pemahaman tentang lingkungan hidup yang kokoh. Pendidikan Lingkungan diharapkan mampu menjembatani dan mendidik manusia agar berperilaku bijak.
Waryono dan Didit (2001) menyatakan, masa anak-anak merupakan perjalanan yang kritis, sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Jika pengetahuan dan cara yang ditanamankan pada masa kanak-kanak itu benar, dapat diharapkan ketika berubah ke masa remaja dan dewasa, bekal pengetahuan, pembentukan perilaku serta sikap dalam dirinya terhadap sesuatu akan positif.
Masa remaja dan dewasa pada dasarnya merupakan masa mencari identitas dan realisasi diri. Pada masa ini sering sangat sulit untuk mengubah wawasan dasar yang telah terpola dan melekat dalam dirinya sejak kecil.
Dengan demikian sangatlah strategis pembekalan pengetahuan dasar tentang lingkungan hidup sejak dini melalui anak-anak secara terprogram dan berkelanjutan, hingga pada saatnya akan tercipta insan-insan pribadi bangsa yang utuh. Lantas, bagaimana format pendidikan lingkungan untuk generasi muda? Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan kepada generasi muda dapat dilakukan lewat jalur pendidikan formal dan informal. Pendidikan Lingkungan secara formal dilakukan melalui kurikulum sekolah dan pemanfaatan potensi lingkungan yang ada di sekitarnya. Bentuk materi dapat dikemas secara integratif di dalam mata pelajaran sekolah, atau dikembangkan sebagai materi yang berdiri sendiri sebagai mata ajaran muatan lokal. Penyelenggaraan paket pendidikan ini dapat bersifat outdoor education menyatu dengan alam.

Penutup

Pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek. Karena itu perlu ditetapkan strategi pengelolaan yang menjamin keberlanjutan, keadilan dan berdaya guna tinggi. Upaya untuk meraih strategi tersebut dijembatani dengan pembekalan para pelaku secara berkesinambungan. Program Pendidikan Lingkungan menyangkut skala yang sangat luas, sehingga perlu partisipasi dan kerjasama berbagai pihak, agar hasilnya optimal dan bebas konflik. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak terhadap lingkungan melalui kegiatan teori dan praktek dalam bentuk teori, diskusi, permainan, serta observasi lapangan dan menanamkan nilai-nilai konservasi alam dan lingkungan sedini mungkin pada siswa dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap konservasi alam dan lingkungan sejak dini.
Generasi muda menjadi asset pembangunan masa depan yang harus diprioritaskan. Dengan membekali mereka tentang nilai-nilai etika lingkungan yang sangat penting untuk membekali moralnya agar bijaksana dalam memperlakukan lingkungan hidupnya. Generasi muda, sebagai aset pelaku pembangunan di masa mendatang, perlu mendapatkan prioritas utama dalam menerima Pendidikan Lingkungan, agar sejak dini mereka paham akan hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Pendidikan Lingkungan akan menjamin terjadinya suasana yang harmonis antara manusia dengan alamnya, sehingga di alam tidak akan muncul kekhawatiran terhadap bencana yang akan melanda. Marilah kita pekakan hati dan perilaku anak cucu kita, generasi muda bangsa kita pada etika lingkungan yang benar. Biarlah hati mereka peka akan kelestarian lingkungan, agar kelak Indonesia boleh lestari kembali dengan berjuta kekayaan alamnya yang luar biasa indahnya. Hutan adalah 'sahabat' kita, yang harus selalu terjaga kebersamaannya dengan kita.


Selamatkan Sumberdaya Hayati, Lindungi Rakyat dari Kekerasan

Pada tanggal 9-20 Februari 2004 di Kualalumpur, Malaysia berlangsung pertemuan ke tujuh para pihak untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati (Conference of Parties on The Convention on Biological Diversity/COP 7 CBD). Pertemuan ini, yang juga merupakan peringatan 10 tahun Konvensi ini, akan menekankan pada krisis ekologi yang terjadi di bumi. Target untuk tahun 2010 adalah penurunan tingkat kepunahan sumberdaya hayati di tingkat global, regional dan nasional. Fokus bahasan utama dalam pertemuan mendatang adalah mengenai fungsi kawasan konservasi dalam penyelamatan keanekaragaman hayati, ekosistem pegunungan, dan transfer teknologi.
Namun demikian, 10 tahun setelah konvensi ini diratifikasi, kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia kian memprihatinkan. Komitmen pemerintah di tingkat global sering tidak berarti apa-apa dalam prakteknya di tingkat nasional dan lokal. Salah satu ukuran yang sering dikutip dalam upaya penyelamatan sumberdaya hayati adalah penetapan kawasan konservasi. Namun cerita konservasi di Indonesia identik dengan konflik dan kekerasan.
"Konservasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengelolaan sumber kehidupan masyarakat. Namun, konsep kawasan konservasi di Indonesia justru menegasikan hak rakyat atas sumber kehidupannya. Berbagai komitmen global yang ditandatangani pemerintah hanya berlaku di atas kertas," tandas Longgena Ginting, Direktur Eksekutif WALHI.
Eskalasi konflik di kawasan konservasi timbul akibat penetapan kawasan konservasi yang sepihak dan menggunakan pendekatan fortress conservation (konservasi benteng), dimana masyarakat dianggap sebagai ancaman terhadap upaya konservasi dan karenanya dibatasi aksesnya ke kawasan tersebut.
"Pemerintah menegasikan hak rakyat atas kawasan yang telah turun temurun mereka huni dan kelola, tapi di sisi lain memberikan hak tersebut kepada pihak ketiga, seperti organisasi konservasi dan atau sektor bisnis, untuk memanfaatkan kawasan tersebut. Hal ini yang menyulut konflik dan menjadikan upaya konservasi sebagai momok bagi keberlanjutan hidup masyarakat," kecam Emil Kleden dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pedas.
Peminggiran hak masyarakat berdampak pada meningkatnya ancaman terhadap sumberdaya hayati itu sendiri. Masyarakat tidak merasa memiliki dan merasa berkewajiban untuk menjaga sumberdaya tersebut. Akibatnya, laju kerusakan sumberdaya hayati cenderung meningkat dari waktu ke waktu dengan skala global.
"Pemberian restu pemerintah kepada 22 perusahaan tambang skala besar yang akan membuka operasinya di kawasan lindung membuktikan bahwa kawasan lindung menjadi alat privatisasi pemerintah lewat penggusuran rakyat di sekitar kawasan, kemudian menggadaikannya kepada sektor bisnis. Model Pengelolaan Kawasan     Lindung seperti ini menjadi ancaman bagi keselamatan rakyat dan menjadi penyebab utama Krisis keanekaragaman hayati itu sendiri," ungkap Siti Maimunah dari JATAM.
Sisi lain dari pemanfaatan sumberdaya hayati adalah teknologi rekayasa genetik. Teknologi rekayasa genetik yang seyogyanya direspon dengan kehati-hatian dini dinegasikan dampak negatifnya dan rakyatlah yang akhirnya harus menanggung dampak negatif dari keteledoran pemerintah. Contoh kasus yang masih segar dalam ingatan adalah kasus pelepasan tanaman kapas transgenik oleh Monsanto di Sulawesi Selatan tanpa melalui kajian resiko dan manajemen resiko serta tanpa adanya peraturan keamanan hayati.
"Mengingat ancaman komersialisasi produk rekayasa genetik terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat Indonesia, maka Indonesia perlu segera meratifikasi Protokol Keamanan Hayati dan membuat peraturan keamanan hayati dalam bentuk undang-undang. Sebelum ada undang-undang keamanan hayati terwujud, sudah seharusnya pemerintah menghentikan segala bentuk uji lapang atau pelepasann komersial produk transgenik,"ungkap Tejo Wahyu Djatmiko, Direktur Eksekutif Konphalindo. Karenanya WALHI, AMAN, JARING PELA, JATAM dan KONPHALINDO mendesak kepada pemerintah RI, khususnya delegasi RI untuk COP 7 CBD untuk:
· Mengubah tata laksana hukum, kebijakan dan program konservasi sumberdaya hayati agar memberikan perlindungan dan hak kepada rakyat untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya hayati dan kawasan konservasi.
· Memberikan komitmen untuk tidak memprivatisasi kawasan baik lewat
konsesi maupun alih fungsi menjadi kawasan eksploitasi dengan menyatakan Kawasan lindung tidak untuk privatisasi.
· Menghentikan upaya perluasan kawasan konservasi sebelum konflik hak
atas tanah dengan masyarakat lokal dan masyarakat adat yang berada di kawasan konservasi diselesaikan.
· Meratifikasi protokol Cartagena untuk menjamin prinsip kehati-hatian dini sehubungan dengan teknologi rekayasa genetik dan segera membuat UU Keamanan Hayati.
· Menjamin akses dan kontrol masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hayati secara berkelanjutan.
· Melaksanakan prinsip 'sama tapi berbeda tanggungjawab' ('common but
differentiated' responsibility) untuk semua pihak yang terkait dan berkepentingan dalam konservasi sumberdaya hayati.
· Menggalang solidaritas antar negara selatan untuk lebih memperketat
peraturan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya hayati
( Sumber : WALHI )



1. Peran Lokasi Penimbunan Limbah
1) Tujuan penimbunan limbah
Tujuan pembuatan penimbunan limbah ialah menstabilkan limbah padat dan membuatnya menjadi bersih melalui penyimpanan limbah secara benar dan penggunaan fungsi metabolis alami yang benar.
2) Klasifikasi lokasi penimbunan limbah

3) Klasifikasi struktur penimbunan limbah
Lokasi penimbunan limbah digolongkan ke dalam 5 jenis menurut struktur sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Dari segi mutu lindi dan gas yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, baik metode penimbunan limbah semi-aerobik maupun aerobik yang dikehendaki.


Tabel 1. Klasifikasi Struktur Penimbunan limbah
Penimbunan limbah anaerobik Limbah padat harus ditimbun kedalam galian di area tanah datar atau lembah. Limbah berisi air dan dalam keadaan anaerobik.
Penimbunan limbah saniter anaerobik Penimbunan limbah anaerobik dengan penutup berbentuk "sandwich". Kondisi limbah padat sama dengan penimbunan limbah anaerobik.
Penimbunan limbah saniter anaerobik yang telah disempurnakan (penimbunan limbah saniter yang telah disempurnakan) Memiliki sistem penampungan lindi di dasar lokasi penimbunan limbah. Sedangkan yang lainnya sama seperti penimbunan limbah saniter anaerobik. Kondisinya tetap anaerobik dan kadar air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penimbunan limbah saniter anaerobik.
Penimbunan limbah semi-aerobik Saluran penampungan lindi lebih besar dari pada saluran penimbunan limbah saniter yang telah disempurnakan. Lubang saluran dikelilingi udara dan salurannya ditutupi batu yang telah dihancurkan kecil-kecil. Kadar air pada limbah padat kecil. Oksigen disediakan bagi limbah padat dari saluran penampungan lindi
Penimbunan limbah aerobik Di samping saluran penampungan lindi, pipa persediaan udara dipasang dan udara didorong agar memasuki limbah padat sehingga kondisinya menjadi lebih aerobik dibandingkan dengan penimbunan limbah semi-aerobik.
Gambar 1. Klasifikasi struktur penimbunan limbah

4) Struktur penimbunan limbah semi-aerobik
Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2, penimbunan limbah semi-aerobik memungkinkan terjadinya proses masuknya udara melalui pipa penampung lindi yang dipasang di dasar penimbunan limbah, yang membantu memperbesar terjadinya proses aerobik, dan membuat bakteri aerobik menjadi aktif, serta mempercepat terjadinya dekomposisi limbah.
Gambar 2. Jenis Penimbunan limbah dan Sistem Penampungan Lindi


Selanjutnya kegiatan ini akan membuat mutu dari lindi menjadi lebih baik dengan terjadinya penurunan kepekatan lindi, juga mengurangi terbentuknya gas berbahaya, yang seluruhnya dapat menimbulkan stabilisasi lokasi dari penimbunan limbah menjadi lebih cepat. Lihat Gambar 3.
Gambar 3. Perubahan Kadar Kepekatan Lindi dalam BOD sesuai dengan jenis Penimbunan

5) Fasilitas lokasi Penimbunan Limbah Saniter Khusus
Lokasi penimbunan limbah dapat melaksanakan fungsinya hanya apabila kita memiliki rancangan dan cara kerja yang baik. Rancangan yang baik dengan cara kerja yang buruk atau rancangan yang buruk dengan cara kerja yang baik tidak akan menimbulkan hasil yang baik. Lihat Gambar 4.

Gambar 4. Ilustrasi konsep Lokasi Penimbunan limbah Sanitasi Khusus




2. Pencegahan Polusi Sekunder
1) Keadaan sekarang dan masa depan lokasi penimbunan limbah
Umumnya orang tidak menghendaki lokasi penimbunan limbah dibuat dekat dengan tempat tinggal mereka karena hal ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan warga setempat. Dampak negatif demikian disebut "polusi sekunder" mengingat tujuan utama lokasi penimbunan limbah ialah menghindari polusi lingkungan hidup di daerah kota dengan membawa limbah dari daerah kota, dan menampungnya di lokasi penimbunan limbah yang baik.
Meskipun demikian, lokasi penimbunan limbah merupakan fasilitas umum yang sangat diperlukan bagi setiap kota modern di dunia.
Oleh karena itu, setiap kota perlu merencanakan dan merancang lokasi penimbunan limbah dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat .
Guna membuat lokasi penimbunan limbah yang dapat diterima masyarakat setempat, polusi sekunder dan dampak buruk yang ditimbulkannya perlu diperkecil.
Perlu juga untuk dirumuskan rencana pemakaian lokasi paska-penutupan dengan mempertimbangkan pendapat masyarakat setempat.
2) Polusi sekunder yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah
(a) Pencemaran air
Lindi yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, jika tidak diolah akan, mencemarkan sungai, laut dan air tanah.
(b) Pembentukan gas
Gas utama yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah adalah metan, amonium, hidrogen sulfida, dan karbon dioksida.
(c) Bau tak sedap
Ada dua jenis bau tak enak yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah. Pertama adalah bau yang ditimbulkan dari limbahnya sendiri, yang lainnya adalah gas yang ditimbulkan melalui dekomposisi limbah.
(d) Hama dan vektor
Limbah dapur cenderung menjadi sarang lalat, dan menarik tikus dan burung gagak.
(e) Kebisingan dan getaran
Kendaraan angkutan limbah yang masuk dan peralatan penimbunan limbah dapat menjadi sumber kebisingan dan getaran.
(f) Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi secara spontan akibat pembentukan gas metan atau pemakaian bahan kimia. Kebakaran juga dapat disebabkan oleh para pemulung atau orang lain.


3) Pencegahan polusi sekunder dengan menggunakan tanah penutup
Jika kita ingin mencegah polusi sekunder dengan sempurna dengan mendirikan fasilitas pengolahan air limbah, misalnya, sejumlah besar uang dan teknologi tinggi diperlukan.
Penggunaan tanah penutup, meskipun tidak sempurna dalam pencegahan polusi sekunder, dianjurkan karena cara ini ekonomis dan efektif.
Bahan penutup seperti tanah harus digunakan untuk menutup limbah padat dengan cepat setelah diturunkan.
Setelah penurunan limbah terakhir setiap hari, tanah penutup limbah harus dikumpulkan pada lerengan lapisan limbah yang harus diatur setiap hari.
Aplikasi tanah penutup sebagaimana mestinya akan cukup banyak mengurangi polusi sekunder.
4) Efektifitas metode tanah penutup
Penggunaan tanah penutup, akan memberi manfaat dan pengaruh sebagai berikut:
(a) Pencegahan terjadinya penyebaran sampah
(b) Pencegahan terjadinya bau tak sedap
(c) Menyingkirkan hama dan vektor
(d) Pencegahan kebakaran serta penyebarannya
(e) Penyempurnaan lansekap
(f) Pengurangan pembentukan lindi
Sebagaimana disebutkan di atas, aplikasi tanah penutup sangat efektif dalam pencegahan polusi lingkungan hidup.
Bahan tanah penutup tidak perlu yang harus dibeli. Limbah tanah, limbah pembongkaran, atau limbah lama dapat digunakan sebagai tanah penutup.

Kamis, 18 Juni 2009

LOKASI PANJAT TEBING ALAM DI INDONESIA

SUMATRA

LEMBAH HARAU
Pemandangan di lembah harau sangat menakjubkan, lihat saja bentang alam yang terdiri sawah,hutan, tebing dan dihiasi dengan sungai dan tek kurang dari 9 air terjun. Melihat bentang alam tersebut lokasi ini memang sangat ideal sebagai lokasi petualangan. Deretan tebing-tebing yang lumayan tinggi ini berjajar terbentuk oleh batuan breksi massif. Jajaran tebing ini merupakan arena panjat yang sangat menantang. Lokasi ini terletak didaerah payakumbuh sekitar 25 km dari kota bukit tinggi kearah kota pekan baru.

GUNUNG PADANG
Terletak di kota padang, sumatra barat tak jauh dari pantai padang yang termasuk dalam kawasan siti nurbaya. Tebing ini terbentuk dari batuan basal denga ketinggian sekitar 30 meter. Tingkat kesulitan bervariasi, tonjolan dinding yang digunakan untuk pegangan sangt minim dan cenderung kecil-kecil. Jalur yang telah dipanjat tak kurang dari 4 jalur yaitu : jalur H&R (5.9) th 1991 olh harera dan Edu; jalur Camp (5.11 c/d) thn 1990 oleh rizal N; jalur fasting (5.12) thn 1992 olh valdi dan jalur trek eureka (5.11c/d) oleh Radit.

SERELO
Tebing telunjuk ini nama lain dari serelo yang terletak di desa suka cita, kabupaten lahat, sumatra selatan. Jenis batuan tebing ini adalah batuan andesit. Ketinggian puncak tebing serelo dari permukaan laut adalah 600 meter, sementara itu tinggi tebing yang dapat di panjat 350 meter dengan sudut kemiringan antara 70 s/d 90 derajat.

JAWA & BALI

CIAMPEA
Tebing kapur ini terletak sekitar 15 km di sebelah selatan pusat kota bogr,. Jawa barat. Lokasi sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Ketinggian tebing sekitar 30-45 meter. Pada dinding pada dinding yang tidak begitu ebar ini terdapat 5 jalur atau lintasan denga tingkat kesulitan yang bervariasi ( jlaur putih, jalur kambing, jalur intifada, jalur bycycle, dan jalur toke). Kemiringan dinding dari slab sampai vertical. Lokasi ini merupan lokasi ideal untuk para pemula berlatih.

KELAPA NUNGGAL
Tebing yang memunyai tingkat kesulitan cukup tinggi ini terletak dikecamtan cileungsi, kabupaten bogor,tak jauh dari pabrik semen cibinong. Ketinggian tebing sekitar 1 pitch. Pada hampir semua jalur yang pernah dicoba, pada awal jalur merupakan overhang yang minim pegangan, dengan keadaan seperti itu, tebing kelapa nunggal ini termasuk tebing dengan kategori sulit dan bukan untuk pemula.

CITATAH
Tebing citatah merupakan tnggak awal perkembangan panjat tebing di indonesia. Tebing kebanggan para pemanjat bandung ini terletak di desa cipatat, padalarang, bandung yang tak jauh dengan lokasi pertambangan marmer dan batu kapur. Jenis batuan pada tebing ini adalah kars, tingkat kesulitan bervariasi. Tebing 125 dan tebing-tebing 48 merupakan tebing pilihan para pemanjat, disamping mudah dijangkau terdapat banyak jalur yang dapat dipanjat.

PARANG
Tebing parang terletak di kampung cihuni , kabupaten purwakarta, jawa barat disisi selatan waduk jati luhur. Tebing yang terdiri dari 3 buah tower ini membentang sepanjang 1,5 km kearah utara selatan . ketinggian tower 1 adalah 950 mdpl, tower 2 adalah 900 mdpl, dan tower 3 adalah 875 mdpl. Jenis batuan tebing ini adalah andesit. Lintasan di tebing ini rata-rata slab dan beberapa lintasan adalah vertical. Tingkat kesulitan secara umum dinding ini adalah VI, 5.9, A1. dinding ini pertama kali di panjat tahun 1980 oleh kelompok SKYGERS.

TEBING GUNUNG BONGKOK
Tebing ini terletak didesa suka mulya, purwakarta, jawa barat. Tebing terbentuk oleh batuan andesit. Tinggi tebing sekitar 40 meter dengan lebar dinding 27 meter dan 25 meter. Jalur yang sudah di panjat tercatat 3 jalur yaitu: psyco matter I dan II atas nama djati pranoto, ujan, mamay, ipul, asep, dan galih serta jalur elex dan michael.

PARANG TERITIS
Tebing-tebing kapur ini sangat menantang . pada umumnya tebing yang di panjat adalah tebing-tebing yang terletak di kawasan parang endok, sebelah pantai teritis. Dari kejauhan tebing-tebing ini terlihat putih berjajar. Ketinggian tebing ini berkisar 25 s/d 50 meter dengan tingkat kesulitan bervariasi, dari mudah sampai yang sulit sekalipun.

BUKIT TANGGAL
Bukit tanggul menjulang di bagian selatan kabupaten tulung agung, jawa timur. Bulit yang mirip stupa ini termasuk kedalam wilayah kelurahan keboireng, kecamatan besuli dan terletak didalam hutan jati yang cukup lebat. Tebing ini merupakan tebing andesit dengan puncak tertingginya sekitar 400 meter dan lebar sekitar 1 km. Kemiringan tebing sekitar 70 derajats/d 90 derajat. Tonjolan dan rekahan dinding cukupbanyak. Data sampai denantahun 1991, baru tiga jalur yang di buat oleh tim panjat tebing jogjakarta/TPTY(19989), tim mapagama UGM (1990), dan tim srikandi TPTY.

SEPIKUL, WATU LIMO
Ditengah hutan jati yang terletak didesa watu agung, kecamatan watu limo,trenggalek, jawa timur berdirilah gunung batu yang di beri nama sepikul. Terdiri dari 2 buah tower, tower 1 tingginya sekitar 250 meter , dan tower II tingginya 200meter. Jenis batuannya adalah andesit. Tebing merupakan salah satu tebing favorit pemanjat tebing didaerah jawa timur. Beberapa ekspedisi telah dilakukan di tower I maupun II.

TEBING SIUNG
Pantai Tebing Siung terletak di dusun Wates desa purwodadi Kecamatan Tepus propinsi D.I.Y Yogyakarta merupakan sebuah pantai yang masih jarang pengunjung.
Tebing tersebut kompleks, pantai ini memiliki kompleks tebing-tebing Karst yang sangat menantang untuk di panjat lokasi tebing berada persis disebelah kanan dari pantai.
Tebing Siung sendiri memiliki 8 jalur pemanjatan aantara lain ;
Jalur yang di buat oleh pemanjat Japang bersaama istrinya ;
1. Jalur Welcome ( 5.11d )
2. Sembilan Bor ( 5.10 )
3. Jalur Pacaran ( 5.12 )
Sedangkan Lima jalur lainya tidak jalas siapa yang membuatnya dan apa nama jalurnya dan kisaran tingkat kesulitanya antara : 5.11 – 5.13
Cerita singkat mengenai jalur yang ada di Tebing Siung ;

1. Jalur Welcome
Jalur ini berada précis di paling depan jejeran komplek tebing Siung. Tebing jalur Welcome ini kelihatan langsung dari areal parkir dan dari tepi pantai. Jalur Welcome ini mempunyai tiga pecahan alternatif antara lain berkatagori ;
- 5.11d ( 5 hanger )
- 5.11c ( 7 hanger )
- 5.11b ( 5 hanger )
Jika ingin memanjat jalur ini sebaiknya setelah jam 12 siang di mana sinar cahaya matahari telah melewati sisi permukaan tebing.

2. Jalur Pacaran
Jalur ini mempunyai 2 pecahan alternatif, pegangannya tipis-tipis serta Layback jalur ini condong Traverse kekanan dan terdiri dari 3 hanger. Jalur ini pendek akan tetapi cukup rumit.

3. Jalur Sembilan Bor
Jalur ini terdiri dari sembilan hanger atau Sembilan Bor, tingginya kurang lebih 20-25 meter dari permukaan tanah. Jalur ini berada persis di depan jalur pacaran. Engan tingkat kesulitan 5.10 jalur ini memiliki criteria betuan yang cukup besar dan ada sedikit Overhang.

4. Jalur lainya : Ada lima jalur lainya tidak jelas siapa pembut dan nama jalurnya lokasinya tesebar di lokasi tebing siung. Rata-rata jalur tersebut bertingkat kesulitan 5.11-5.12 bahkan ada yang mencapai kesulitan 5.13. Selain itu masih banyak tebing tebing yang di panjat dan di buatkan jalurnya, juga ada jalur yang belum jadi dan semuanya menghadap ke laut.
Lokasi Base Camp
Di lokasi kompleks tebing siung ini terdapat sebuah dataran yang terhimpit oleh Tebing-tebing dan menghadap ke laut. Tempat ini ini datar dan berumput dan di namakan dengan ‘Central Hall’ sangat cocok sekali di jadikan Base Camp.
Jalur Transportasi
Dari arah Yogyakarta melintasi jalur menuju Wonosari, kemudian ikuti jalan lurus menuju Pantai Baron, kemudian akan di jumpai pertigaan besar beraspal selanjutnya akan memasuki perkampungan desa Purwodadi tidak lama kita akan sampai Tebing Siung.

TEBING SEROPAN
Perjalanan menuju tebing seropan tepatnya 10 km dari terminal wonosari kearah bedoyo atau pacitan .tebing ini banyak menyajikan alternatif pilihan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, terdapat 13 jalur yang sudah tersedia.
Menurut catatan sebagaian besar jalur tersebut dibuat bgersama-sama antara pemanjat lokal maupun pemanjat manca negara. Tercatat dalam buku tamu pak karsono, yang rumahnya sering digunakan sebagai base camp diantara pemanjat internasional adalah abe dan yoko pemanjat dari jepang, yang tak lain adalah teman takeuchi masanobu. Hampir seluruh permukaan tebing berbentuk slab dengan kemiringan 70-80 derajat.hanya bebeerapa titik berbentuk vertical dan overhang(kemiringan lebih dari 90 derajat

TEBING ZEBRA
Tebing zebra terletak di lembah panceng, ujung pangkah yang masuk ke dalam wilayah gresik, jawa timur.dinamai tebing zebra karena dinding tebing ini bermotif seperti zebra yang mempunyai belang warna hitam dan putih. Tebing merupakan tebing kapur terjal yang mempunyai ketinggian 30 meter. Tingkat kesulitan bervariasi, beberapa jalur yang pernah dibuat mempunyai tingkat kesulitan sampai 5.12 c. Pada tebing ini sekurang-kurangnya telah dinuat 10 jalur.

ULUWATU

Uluwatu memang beda, tebing karang yang terletak di pinggir laut selatan disisi selatan pulau bali itu sungguh menantang. Tebing yang tingginya berkisar antara 75-100 meter mempunyai banyak jalur untuk di panjat. Sebagaian jalur harus dituruni terebih dahulu baru di panjat karena tidak ada pantainya, sebagian lain dapat langsung di panjat karena terdapat pantai walaupun sempit. Tingkat kesulitan bervariasi dari yang mudah sampai yang sulit. Relif dinding cenderung tajam-tajam.

KALIMANTAN

BUKIT KELAM
Bukit yang membujur dari arah timur sampai barat ni berjarak sekitar 16 km dari kota sintang, kalimantan barat. Ketinggian puncak bukit ini sekitar 931 mdpl, sementara ini tinggi tebing yang dapat dipanjat sekitar 400 meter. Bukit andesit ini diperkirakan merupakan batuan andesit massif yang terbesar di indonesia. Bagi sebagian penduduk bukit kelam termasuk gunung yang di keramatkan. Dikaki tebing cukup lebat dan lembab karena sinar matahari kurang menyinari kaki tebing ini.

BUKIT TANGKILING

Bukit ini terletak di kabupaten palangkaraya, kalimantan tengah. Tinggi tebing berkisar 70 meter. Bukit ini termasuk tebing yang jarang di panjat, jalur yang sudah dibuat baru tercatat 2 jalur yaitu : JALUR RAMADHAN DAN JALUR RAMONA pembuat jalur adalah mamay s salim pada tahun 1993.

SULAWESI SELATAN

BAMBAPUANG

Tebing limestone ini tingginya sekitar 350 meter dan teretak di desa kotu, enrekang, sulawesi selatan. Tebing ini merupan salah satu tebing favorit para pemanjat, disamping cukup tinggi jalurnyapun cukup menantang untuk di panjat. Jalur yang tersedia bervariasi dari yang mudah sampai yang sulit. Untuk menyelesaikan satu jalur sebagian besar harus ditempuh dalam beberapa hari. Oleh karena itu tebing ini termasuk tebing bigwall yang memerlukan persiapan khusus untuk memanjatnya.

BULU SUMPANG SILORO

Tebing ini merupakan salah satu tebing diantara puluhan bahkan ratusan tebing yang terdapat dikabupaten maross dan pangkep,sulawesi selatan. Teretak didesa siloro yang termasuk kedalam area PT Semen Tonasa II. Jenis batuan tebing ini adalah karst yang tingginya sekitar 100 meter dan lebar dindingnya saekitar 60 meter . teknik panjat di tebing ini dapat dilakukan secara artificial maupun panjat bebas. Pengaman dan pegangan cukup banyak.

TEBING SIRERA
Tebing yang tingginya sekitar 125 meter terletak didesa bua,kabupaten tana torajam sulawesi selatan. Dinding tebing ini beberapa bagiab rapuh sehingga para pemanjat harus ekstra hati-hati saat memnjatnya.

IRIAN JAYA

CARSTENSZ PYRAMID

Pegunungan jaya wijaya dengan puncak tertingginya carstesz pyramid(4884 mdpl) boleh dibilang gunung paling bergengsi bagi para pemnjat indonesiabahkan dunia. Dinding terjal dari batuan andesit setinggi 200 meter disisi selatan lembah kuning ini merupakan salah satu 7 puncak tertinggi di 7 benua. Tak semua orang dengan mudah mencapai lkasi yang terletak ditengah pegungungan paling tinggi diirian jaya. Dibutuhkan perjuangan yang cukup keras untuk bisa menembus halangan yang menghadang. Kalau dana sudah bukan menjadi persoalan maka kendala pertama yang menghadang adalah masalah perizinan. Jika masalah perizinan beres, bisa dikatakan pendakian atau ekspedisi sudah berklngsung 50 % (?). kendala alam yang cukup exstrim, merupakan masalah lain yang harus dihadapi, karenanya persiapan fisik pemanjat juga harus menjadi perhatian utama dan tentu saja harus didukung perlengkapan yang memadai pula. Setidaknya terdapat 2 rute yang biasa ditempuh para pendaki untuk menuju base camp lembah danau-danau yang terletak di salah satu gunung es tropis ini, yaitu melalui udara dari ilaga dan sisi selatan melalui melalui daerah pertambnagan freeport, tembaga pura. Melalui ilaga dibutuhkan waktu sekitar 7 hariperjalanan trekking unutk menuju lembah danau-danau(base camp I), sedang dari kota tembaga pura hanya membutuhkan 5-7 jam perjalanan.
–pQ-

TEBING JEAGER

Sport Climbing: tebing jeager tajur,bogor Jika anda berkunjung ke lokasi tebing terdapat beberapa jalur sport dan jalur artificial disebelah kiri tebing terdapat sport yang telah dipasangi beberapa hanger.
kategori: panjat - Panjat tebing dari sudut pandang sport (free) memang lebih menyenangkan dari sudut seni pemanjatan (subjektif--red), bersih, tanpa mencuri-curi point, sehingga aspek penggunaan alat yang ditekan minimal tentu saja dengan telah tersedianya hanger di dinding panjat (yang cenderung sebaiknya memang dihindari karena merusak tebing---pemasangan piton atau hanger-bolt). Tetapi lepas dari itu, bahasan kali ini adalah pemanjatan sport pada dinding di tebing siung yang memang didesain untuk pemanjatan sport.

Sejarah Tebing Panjat jeager

Tidak banyak data dan sumber informasi reliabel yang kami dapatkan untuk menuliskan, tetapi pada kunjungan tersebut, salah satu sumber yang dapat kami temui mengungkapkan bahwa jalur-jalur pemanjatan yang ada di tebing jeager di buat oleh FPTI
Penyampaian Lokasi
Lokasi tebing jeager dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dengan baik begitu pula dengan parkir. Dari kampong rambutan naik angkot jurusan citeurup turun di pasar citeurup dilanjutkan dengan naik angkot jurusan tajur turun di linggih alam atau warung ema’ yang dikenal namanya dikawasan setempat
Hidro, Vegetasi
jeager terletak 500 meter dari sungai cileungsi yang lebar sungainya mencapai + 40-50 meter dengan dasar sungai adalah batuan datar. sekitar 150 meter dari tebing Terdapat mata air yang dapat digunaan untuk memasak. Kebun singkong, sawah, alang-alang serta tumbuhan liar yang menyelimuti muka tebing.
Tebing ini memiliki potensi yang sangat baik untuk di jadikan kawasan untuk tempat latihan bagi para pemanjat. Tebing jeager berdiri tegak membanjar sepanjang kurang lebih 1 km dengan ketinggian sekitar 40-50 meter. Sayangnya jalur yang dapat dipanjat hanya beberapa saja, sehingga kalau mo latihan harus tunggu giliran antri. Seandainya tebing ini dibersihkan maka akan menjadi salah satu tempat yang sangat popular dan tidak kalah dengan citatah
Perangkat minimal
- 7 pasang quickdraw (runner)
- 2 harness
- 1 kernmantle @ 50 meter
- 1 belay (sheriff/figure-8)
- 4 screwbiner
- 9 sling/webbing (@ ukuran harness)

Kombinasi dari perlengkapan minim tersebut dapat digunakan sebagai perlengkapan minim di tebing JEAGER

Jalur "siapa berani (?)"

menurut sumber yang kami dapatkan dari anggota linggih alam, sebut saja EDO nama panggilan akrabnya jalur ini dibuat oleh FPTI dengan tingkat kesulitan sekitar 5.9-511

Yamaha King Club, Menghilangkan Anggapan Sepeda Motor Jambret

Yamaha RX-King seringkali diidentikan sebagai sepeda motor cepat dan berisik. Tak hanya itu, sepeda motor ini juga sering diidentikan sebagai sepeda motornya kaum jambret. Ya, mungkin karena seringkali penjambret bermotor menggunakan sepeda motor jenis ini.

Alasan seperti inilah mejadi salah satu munculnya Yamaha King Club Padang (YKCP).

"Pemilik Yamaha RX-King sering menggunakan motor mereka untuk kebut-kebutan juga, jadi inilah yang menggerakkan saya untuk membuat klub ini, selain mengembalikan citra sepeda motor Yamaha RX-King dari anggapan motor jambret," kata Nofri, penggagas yang juga ketua YKCP.

Tentu saja alasan utama adalah pergaulan dan menjalin persaudaraan di antara pemilik Yamaha RX-King. Namun tidak semudah membalik telapak tangan mengumpulkan anggota klub. Selama hampir dua tahun Nofri hanya mampu mengumpulkan tiga teman.

Meski baru sedikit, mereka tetap mendeklarasikan Yamaha King Club Padang (YKCP) pada 28 Agustus 2007. Kini klub ini sudah memiliki anggota 40 orang. Anggotanya beragam, selain kalangan umum, juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Padang.

Sejak berdiri YKCP sudah pernah touring alias jalan-jalan bareng ke Pekanbaru dan Jakarta. Touring ke Jakarta dalam rangka mengikuti Jambore King se-Indonesia dengan hanya mengutus 3 orang anggota.

"Perjalanan ke Jakarta memakan waktu 29 hari, karena di setiap provinsi kami singgah di club Yamaha RX-King setempat selama beberapa hari," kata Nofri, karyawan divisi iklan sebuah media cetak di Padang.

Kegiatan YKCP tak hanya touring, tapi juga bantuan kemanusian jika ada bencana alam. Kegiatan kemanusian yang pernah dilakukan ialah memberikan bantuan berupa sembako dan pakaian bekas kepada masyarakat Pesisir Selatan ketika terjadi gempa longsor di Malalak.

Nofri mempunyai rencana membuka event untuk menyalurkan hobi pengendara sepeda motor yang suka kebut-kebutan di jalan dan juga membuka bengkel yang sekarang dalam tahap pengembangan, yaitu bengkel Ali Motor yang berlokasi di Alang Laweh Koto yang juga menjadi sekretariat YKCP.

sumber berita www.padangkini.com

Senin, 09 Februari 2009

petualang 2





petualang 1





wisata 3





wisata 2





You Tube....